JAKARTA- Toyota dua pintu yang berkode AE 86 ini memang sedari dulu menjadi idola anak muda di negeri kelahirannya Jepang.
Walau sempat dikenal pada kalangan terbatas di Indonesia (kalangan atas tahun 80-an), namun kehadiran AE86 kembali berkibar dengan adanya manga anime Jepang karya Shuici Shigeno, Initial D.
Bukan tanpa alasan, AE86 yang merupakan saudara kandung dari Toyota Levin dan Toyota Sprinter Trueno ternyata mempunyai basic sebuah karakter sport car sejati.
Walaupun “hanya” masuk jajaran Corolla, namun kemampuan Toyota dengan kode chassis AE86 ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Drivability yang baik pada semua lini, body yang kompak serta kemampuan mesin yang prima membuat AE86 masih diburu hingga kini.
Kode “A” mengindikasikan kode mesin Toyota A Series (4A/4A-GE) dan E86 menandakan kode generasi keenam Corolla E80 Series (E adalah kode untuk Corolla). Perbedaan mendasar antara Levin dan Trueno adalah pada bagian lampu depan dengan gaya fix head light dan retractable head light.
Generasi AE86 sendiri berakhir pada tahun 1987 yang digantikan dengan AE92 (Corolla Sprinter). Dan sebagai info tambahan, AE86 juga biasa disebut hachi-roku yang berarti “86” pada bahasa Jepang.
Secara teknis, AE86 sudah memenuhi standar kebutuhan sebuah cita rasa sport car. Mesin legendaris 4A-GE mempunyai spesifikasi inline 4, DOHC, 16V/20V dengan teknologi TVI-S yang memungkinkan pengaturan pasokan udara sesuai kebutuhan secara progressive. Tidak hanya itu, teknologi LSD (limited slip differential) juga sudah ada pada beberapa tipe (tegantung domestik market).
Lantas bagaimana dengan sasis dan bodi? AE86 dirancang dengan aura sport yang kental, yaitu 2 door coupe dan 3 door lift back (di beberapa negara biasa disebut hatchback). Dilihat dari teknologi chassis, AE86 sudah dirancang sedemikian rupa agar mampu optimal pada berbagai karakter race baik itu rally, circuit atau drifting sekalipun.
Kemampuan chassis fleksibel inilah yang membuat AE86 digemari pada berbagai ajang sport car dunia. Balap Grup, Grup N merupakan lahan empuk buat AE86.
Walaupun sudah tidak diproduksi lagi, namun banyak sekali privateer menggunakan hachi-roku ini sebagai senjata andalan. Di Grup A touring car, AE86 bersaing ketat dengan mobil yang berumur jauh lebih muda seperti Honda Civic, AE92 atau bahkan AE101.
Tidak hanya itu, selain di Jepang AE86 juga mempunyai penggemar berat seperti di Irlandia dimana AE86 digunakan sebagai mobil raly untuk kelas F-Cup yaitu 2WD/natural aspirated class.
Pada kasta balap yang lebih tinggi, AE86 digunakan pada ajang JGTC dengan mesin 3S-GTE (Toyota Celica) yang akhirnya pada 2001 digantikan oleh Toyota MR-S.
AE86 dipilih karena merupakan sport car kompak yang sangat ringan (hanya 950 kg), chassis balance yang baik, powerful dan easy to tune yang juga mendapat julukan hasyiria (street racer dalam bahasa Jepang), tingkat fleksibilitas yang tinggi pada berbagai cornering. Bahkan salah satu legenda Drifting Jepang (dori-kin, drifting dalam bahasa Jepang) Keiichi Tsuchiya mengunakan AE86 dalam mengasah karir balapnya.
Tingkat kesuksesan AE86 hingga menjadi one of the legend juga dibuktikan dengan masuknya AE86 pada game NFS Underground 2, NFS Pro Street (Corolla GT-S), The Fast And The Furious, Grand Theft Auto IV, Grand Turismo dan lain-lain yang mampu selalu tampil menjadi leader dan pilihan para pemain.
Di Indonesia sendiri AE 86 terus menjadi buruan para penggemar kendaraan retro, selain keberadaanya sangat jarang, kadang kondisinya pun didapat dengan tidak layak. Maka dari itu, tak mengherankan bila AE 86 di Jakarta sempat di tawarkan dengan harga Rp200 juta dengan kondisi memuaskan. (uky - autos.okezone.com)